El Nino Dan La Nina Berubah Menjadi Ekstrem Akibat Perubahan Iklim
Beragam Berita Nasional - Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa El Nino ekstrem mungkin akan menjadi kenormalan yang baru. Selama El Nino tahun ini, pesisir Amerika Latin mengalami hujan deras dan banjir. Sementara sejumlah daerah di negara-negara di Pasifik seperti Indonesia dan Australia mengalami kekeringan.
Laporan PBB mengungkapkan bila gas emisi efek rumah kaca saat ini masih berlanjut maka bumi akan lebih hangat 2,9 derajat Celsius dari masa pra-industri. Tapi model terbaru menunjukkan bila bumi lebih panas dari itu atau sekitar 3,7 derajat Celsius maka 90 persen kemungkinan El Nino terkuat dalam sejarah akan terjadi. Lebih kuat dari El Nino tahun 1997 dan 1998.
Dampak perubahan iklim pada siklus El Nino dan La Nina menjadi bahan perdebatan. Beberapa model atau simulasi menunjukkan menghangatnya permukaan bumi kemungkinan akan menyebabkan El Nino permanen. Di mana hembusan angin di sekitar ekuator melemah dan perairan di timur Pasifik menghangat.
Bayr dan rekannya menemukan bahwa pemanasan global tidak menyebabkan El Nino permanen, tetapi membuatnya lebih kuat dan sering. Model mereka memprediksi delapan atau sembilan El Nino ekstrem per satu abad.
El Nino "Ekstrem" didefinisikan berdasarkan curah hujan di Pasifik tropis tengah selama musim dingin di Belahan Bumi Utara. Jika suhu rata-rata bumi naik 3,7 derajat Celsius, El Nino ekstrem bisa terjadi 26 kali per seratus tahun.
Penelitian Bayr dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa El Nino mungkin tidak akan pulih ke pola yang lebih "normal" selama lebih dari satu abad jika berubah menjadi versi yang sangat ekstrem. Mereka menyarankan lembaga lain untuk melakukan eksperimen serupa untuk memverifikasi temuan mereka.
Post a Comment